Jumat, 21 September 2012

Pantai Ujong Pancu ( Aceh Besar )

Angin berhembus pelan. Menerobos dedaunan yang ada sekitar bukit, membuat suasana terasa sejuk. Tak perlu heran, Ujong Pancu, Kecamatan Pekan Bada, Kabupaten Aceh Besar, adalah sebuah desa yang diapit oleh gunung dan laut. Sebelah timur desa ini dihalangi deretan bukit, bagian barat dibatasi pantai. Letak geografis daerah ini, sangat bagus dijadikan tempat rekreasi, atau sekedar melepas penat. Atau pun anda bisa menghabiskan hari minggu dengan memancing di seputar bibir pantai yang berbatu. Tapi, tak perlu khawatir, bongkahan batu itu tak berbahaya. Justru akan semakin nikmat duduk memancing atas batu-batu yang setengahnya terbenam diair. Bagi sejarawan Aceh, Ujong Pancu tak mungkin hilang dari memori. Pasalnya, seorang ulama sufi Aceh, Hamzah Fansuri dimakamkan di sana. Masyarakat Ujong Pancu menyebutkan panjang makam Syekh Hamzah Fansuri mencapai 8 meter. Walaupun ada sebagian pendapat lagi mengatakan, Hamzah Fanzuri wafat dan dimakamkan di Singkil. Untuk mencapai Ujong Pancu, hanya butuh waktu 20 menit menggunakan sepeda motor. Maklum saja, jalan aspal sepanjang 15 kilometer mulus terhampar. Bahkan, sampai ke gang-gang kecil. Padahal desa ini, termasuk daerah yang cukup berat dilibas tsunami. Hampir separuh warganya meninggal saat tsunami 26 Desember 2004 lalu. Berat rasanya untuk kembali bangkit. Tapi, sungguh luar biasa, Ujong Pancu kembali ramai dikunjungi. Rumah-rumah mungil bantuan Badan Rehabilitasi Rekontruksi (BRR) berdiri rapi. Desa Ujong Pancu menyimpan kekayaan alam yang begitu besar. Selain keindahan alam. Masyarakat memanfaatkan alam laut sebagai tempat mencari nafkah, umumnya masyarakat bekerja sebagai nelayan. Tak hanya itu, potensi bukit dengan tanah yang subur, digunakan sebagai tempat bercocok tanam. Cabai, kacang panjang dan palawijaya lainnya terdapat di sana. Bahkan, dulu daerah ini terkenal dengan penghasil cengkeh. Namun saat Aceh didera konflik, banyak petani cengkeh yang tidak berani ke kebun. Kondisi ini, lamat-lamat membuat tanaman cengkeh mati. Sudah bisa ditebak, dalam kondisi seperti itu kehidupan masyarakat menjadi sulit. Masyarakat setempat mengalami masa paceklik, karena tidak bisa melakukan aktifitas mengurus kebun secara maksimal. Perekonomian masyarakat ambruk. Bukan itu saja, semua potensi alam di sana tak terawat sebagaimana mestinya. Keindahan pantai dibiarkan begitu saja, jangankan dijadikan objek wisata untuk sekedar mengunjungi saja tak berani. Padahal pesona pantai dengan latar bukitnya begitu eksotis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar